Tidak banyak yang bisa di gali dari sejarah Cak Durasim. Salah seorang Super Hero Surabaya yang, Menggetarkan hati dan memanaskan telinga para penjajah negeri ini dengan pantun atau “parikan” dalam dalam bahasa jawanya.
Salah satu “parikan” yang fenomenal dari Cak Durasim yaitu :
Bekupon Omahe Doro
Melok Nippon Tambah Sengsoro
Parikan itu di lantunkan oleh Cak Durasim dengan indahnya di iringi oleh merdunya suara gamelan, bersama dengan Group Ludruknya. Dan efeknya bagaikan peluru yang memberondong penguasa Jepang di sekitar tahun 1943, sehingga menyebabkan beliau di tangkap, kemudian di siksa dalam panjara Jepang sampai akhirnya beliau meninggal dalam penjara setahun kemudian pada Agustus 1944.
Karena kegigihan beliau dalam membangkitkan semangat melawan penjajahan Jepang melalui kegiatan kesenian Ludruknya tersebut, nama Cak Durasim di abadikan menjadi nama Gedung Pertunjukan di Taman Budaya Jawa Timur Jl. Genteng Kali No 85, Surabaya. Setiap tahunnya pecinta seni Jawa Timur selalu mengadakan Festival Kesenian Cak Durasim (FCD) untuk mengenang perjuangan Beliau mengangkat kesenian tradisional Jawa Timur.
Di salah satu sudut Taman Budaya Jawa Timur, kita dapat menemukan Patung Cak Durasim, yang dibuat oleh Santoso Setijono pada 2007 sebagai appresiasi pecinta seni Jawa Timur..
Cak Durasim berasal dari Desa Mojorejo - Kabupaten Jombang. Durasim muda gemar berpetualang bersama Group Ludruknya. Sampai akhir hayatnya Cak Durasim tidak pernah menikah. Satu-satnya keluarga yang tersisa adalah cucu dari anak angkat Cak Durasim, yang tinggal dekat dengan peristirahatan beliau yang terakhir di Pemakaman Umum Tembok – Surabaya, dengan membuka warung kopi kecil.
Nama Cak Durasim dikenal rakyat banyak Jawa Timur khususnya Surabaya, kisah hidupnya yang penuh misteri membuat sosok beliau bagaikan sebuah legenda kesenian Surabaya.
Salah satu “parikan” yang fenomenal dari Cak Durasim yaitu :
Bekupon Omahe Doro
Melok Nippon Tambah Sengsoro
Parikan itu di lantunkan oleh Cak Durasim dengan indahnya di iringi oleh merdunya suara gamelan, bersama dengan Group Ludruknya. Dan efeknya bagaikan peluru yang memberondong penguasa Jepang di sekitar tahun 1943, sehingga menyebabkan beliau di tangkap, kemudian di siksa dalam panjara Jepang sampai akhirnya beliau meninggal dalam penjara setahun kemudian pada Agustus 1944.
Karena kegigihan beliau dalam membangkitkan semangat melawan penjajahan Jepang melalui kegiatan kesenian Ludruknya tersebut, nama Cak Durasim di abadikan menjadi nama Gedung Pertunjukan di Taman Budaya Jawa Timur Jl. Genteng Kali No 85, Surabaya. Setiap tahunnya pecinta seni Jawa Timur selalu mengadakan Festival Kesenian Cak Durasim (FCD) untuk mengenang perjuangan Beliau mengangkat kesenian tradisional Jawa Timur.
Di salah satu sudut Taman Budaya Jawa Timur, kita dapat menemukan Patung Cak Durasim, yang dibuat oleh Santoso Setijono pada 2007 sebagai appresiasi pecinta seni Jawa Timur..
Cak Durasim berasal dari Desa Mojorejo - Kabupaten Jombang. Durasim muda gemar berpetualang bersama Group Ludruknya. Sampai akhir hayatnya Cak Durasim tidak pernah menikah. Satu-satnya keluarga yang tersisa adalah cucu dari anak angkat Cak Durasim, yang tinggal dekat dengan peristirahatan beliau yang terakhir di Pemakaman Umum Tembok – Surabaya, dengan membuka warung kopi kecil.
Nama Cak Durasim dikenal rakyat banyak Jawa Timur khususnya Surabaya, kisah hidupnya yang penuh misteri membuat sosok beliau bagaikan sebuah legenda kesenian Surabaya.
No comments:
Post a Comment