Friday, October 2, 2009

Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS)




Selain monument perjuangan Tugu Pahlawan, Surabaya masih memiliki banyak Landmark lain dan satu di antaranya adalah Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS) atau biasa disebut sebagai Masjid Agung Surabaya.

Memasuki kawasan Gayungan dari Jalan Raya A Yani, dari jauh kemegahan dan kebesaran Masjid sudah terlihat. Dengan kubah utama dan ujung menara berwarna biru kehijauan yang berdiri dengan kokohnya benar-benar membuat kita merasa kecil.
Begitu sampai di pintu gerbang paling depan Masjid, tampak di sebelah kanan ada pos Polisi dengan jajaran sepeda di depan-nya yang selalu siap berkeliling area Masjid untuk menjaga keamanan hampir setiap jamnya. Mio-ku di parkir tepat di samping Pos Polisi. Safety first, karena tidak tampak ada seorangpun tukang parkir di sana. Jadi paling tidak Mio-ku akan aman beristirahat sejenak di sana.

Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, digagas oleh H Soenarto Soemoprawiro yang merupakan walikota Surabaya pada saat itu.
Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Wakil Presiden Tri Sutrisno pada 4 Agustus 1995, kemudian di resmikan pada 10 November 2000 oleh presiden ke 4 RI, KH Abdurrahman Wahid.

Luas Total wilayah masjid ini adalah 22.300M2, dengan panjang 147x128 M. Arsitekturnya terdiri dari 1 kubah besar, 4 kubah kecil berpentuk limas di 4 penjuru dan 1 Menara di salah satu sudutnya yang menjulang tinggi di angkasa. Keseluruhan ada 45 pintu masuk Masjid yang terbuat dari kayu jati pilihan, dan sebagian besar dihiasi dengan ukiran kaligrafi. Lantainya dari Marmer dan didatangkan khusus dari Lampung, Total listrik yang di perlukan mencapai 1Megawatt untuk seluruh fasilitas penerangan dan fasilitas pendukung lainnya.

Kubah besar di tengah masjid berbentuk setengah telur tersebut memiliki ketinggian 27M dan diameter 54M. Dengan warna hijau kebiruan yang akan tampak menonjol diantara bangunan-bangunan di sekitarnya.
Nuansa warna baik di dalam maupun di luar masjid menggunakan campuran warna, merah mahogany, biru, hijau, coklat dan coklat muda, serta kuning keemasan.

Begitu kita memasuki pintu gerbang depan, pada pelataran halaman depan Masjid terdapat 2 pos penjagaan pada sisi kiri dan kanan. Mungkin karena sedang tidak ada kegiatan di lokasi, pada saat itu 2 pos tersebut kosong.
Lampu penerangan berkekuatan tinggi tersebar di sekitar pelataran dengan luas 72x30M ini. Dan tidak kalah dengan tiang lampu, pohon-pohon hijau tinggi segar dengan pembatas melingkar setinggi kira-kira 30cm di sekeliling tiap pohon yang bisa kita pergunakan untuk tempat duduk juga menyemarakkan halaman masjid. Aku dan Zoe sempat beristirahat sejenak di sana, menikmati semilirnya angin menjelang senja.

Memasuki kawasan masjid kita akan menemui pilar-pilar besar dengan air mancur bersegi bintang. Kawasan ini disebut Area Zam-Zam, dengan luas 54x54M dan dapat menampung kira-kira 2000 pengunjung.
Tepat di sisi depan air mancur sudah memasuki kawasan “Batas Suci” dimana kita tidak di perkenankan menggunakan alas kaki dan masih banyak lagi aturan-aturan yang tertulis di area Batas Suci tersebut, yang pastinya harus di taati pengunjung. Pintu Utama Masjid ada 3 pintu besar, namun biasanya yang terbuka hanya 2 pintu saja, dan pintu tengah dibiarkan tertutup. Di antara pintu utama masuk masjid, ada kotak infaq. Kemudian di samping kiri ada Bedug besar dengan ornament ukir. Disebelah kanan ada kota kaca tempat disimpan-nya miniatur masjid, dan di sisi paling kanan terdapat kentongan dengan ornament ukiran juga.

Beberapa saat setelah kami menikmati keindahan ornament Pintu Utama masjid, terdengar adzan Magrib berkumandang. Segera kami mencari tempa berwudlu.
Ada 4 lokasi tempat berwudlu, pada beberapa pintu masuk masjid, 2 di sisi bagian kanan dan juga 2 pada samping kiri. Bila kita dari arah Pintu Utama, masuk melalui pintu samping kanan, kemudian ada tangga ke bawah dan tempat di ujung tangga ada tempat untuk berwudlu. Di sana disediakan juga “klompen atau bakiak (sandal tradisional jawa yang terbuat dari kayu)”. Setelah berwudlu, Kemudian kita naik tangga lagi memasuki pintu Masjid dari arah samping. Tepat di depan Pintu masuk samping masjid juga bisa kita temui satu tempat wudlu lagi. Bagi pengunjung wanita yang tidak membawa Mukenah, di sana juga di sediakan. Mukenah tersebut di tempatkan pada lemari kaca tepat di “soft wanita” bagian belakang.

Di ruang utama masjid, atau di sebut juga Ruang Al-Akbar, selain sebagai Ruang Ibadah, juga bisa di manfaatkan untuk melangsungkan Akad Nikah, pengajian dll
Luas Ruang Al Akbar 54x54M, dengan kapasitas 5000 jama’ah, ada juga panggung Qori 1,5x1,5M. Dibagian atas ruang Al Akbar, terdapat ornamen kaligrafi Al Qur’an sepanjang 180M lebar 1M. . Di sana ada banyak rak yang penuh dengan Al Qur’an dan bisa di pinjam. Tampak di ada beberapa keluarga dan sekelompok remaja membaca Al Qur’an setelah melaksanakan ibadah Sholat Magrib.

Fasilitas lain dari Masjid ini adalah Ruang As-Shofa dan Al-Marwah, yang bisa di pergunakan untuk mengadakan Resepsi pernikahan, Seminar, pengajian, rapat umum, pameran, pagelaran musik dll.
Cukup “compact” dengan luas ruangan 36x42 M, di lengkapi panggung permanent 15x4 M, 1 ruang ganti dan 3 ruang rias, pantry, AC 120 PK, sound system, listrik 250.000W, kursi 100pcs, serta dapat menampung 2000 undangan.

Hm… sudah cukup gelap di luar sana, saat kami memutuskan akan pulang.
Pada waktu memasuki masjid, sepatu kami tinggal di depan “Batas Suci” Pintu Utama. Dan ternyata sepatu kami masih tetap ada pada tempatnya saat kami pulang.