Pada jaman dahulu kala, Surabaya dikenal dengan nama “Ujung Galuh”. Sejarah tentang nama Surabaya berawal di tahun 1293, saat Raja Pertama Majapahit “Raden Wijaya” berhasil memenangkan pertempuran melawan pasukan dari Kerajaan Mongolia.
Dengan adanya sungai Kalimas yang mengalir membelah kota dari Pelabuhan ke tengah jantung kota Ujung Galuh, menjadikan kota ini Pelabuhan Pantai Timur Pulau Jawa yang sangat penting.
Namun disamping letaknya yang sangat strategis dan menguntungkan, malah membuat Negara lain ingin menguasai kota ini.
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Tar Tar dari Mongolia, Raden Wijaya membangun sebuah istana di Ujung Galuh. Beliau menunjuk Adipati Jayengrono untuk menjaga wilayah tersebut.
Namun kemudian, Adipati Jayengrono dengan kekuatan ilmu kanuragan “Baya” (Ilmu Buaya) menjadi sosok yang sangat perkasa dan ditakuti.
Hal ini membuat Raden Wijaya merasa kawatir akan kedudukan Majapahit. Kemudian beliau mengutus Sawunggaling salah seorang anggota pasukan kepercayaanya untuk belajar ilmu kanuragan guna menandingi kesaktian Adipati Jayengrono.
Setelah berhasil menambah kesaktiannya dengan mempelajari ilmu “Sura” (Ilmu Hiu). Kemudian, Sawunggaling mengajak Adipati Jayengrono untuk beradu kesaktian. Mereka berdua bertanding selama tujuh hari dan tujuh malam, namun tidak ada seorangpun yang berhasil memenangkan duel tersebut. Malah keduanya kehilangan tenaga sakti mereka.
Karena pertempuran antara dua ilmu kanuragan “Sura dan Baya” itulah, maka daerah tersebut kemudian dikenal dengan sebutan “Surabaya”. Dan sejak saat itu selain Ujung Galuh, masyarakat juga menyebutnya sebagai Surabaya.
Pada catatan prasasti kuno yang terdapat pada Candi Trowulan (1358) kita juga bisa menemukan nama Surabaya atau “Churabhaya”. Kemudian pada Kitab Negara Kertagama Pujasastra yang dikarang oleh Mpu Prapanca (1365) juga terdapat nama tersebut.
Trowulan adalah Ibu kota kerajaan Majapahit, dan situs Candi tersebut masih bisa kita temui di sekitar Mojokerto.
Sedangkan Kitab Negara Kertagama Pujasastra adalah kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk yang ditulis oleh Mpu Prapanca, seorang sastrawan kerajaan pada masa itu.
Pada catatan modern, Hipotesa Von Faber menyebutkan bahwa Surabaya didirikan pada tahun 1275 oleh Raja dari Kartanagara.
Bapak Soeparno, yang pada tahun 1975 menjabat sebagai Walikota Surabaya mengeluarkan Keputusan Walikota No. 64/WK/75 yang menyatakan bahwa “Hari Jadi” Surabaya adalah tanggal 31 Mei 1293.Dan kata Surabaya diambil dari “Sura ing Baya” yang artinya adalah “Keberanian menghadapi bahaya”.
No comments:
Post a Comment